Posted in

Kehancuran Yahudi Israel Dalam Perspektif Al-Qur’an, Hadis, Dan Kitab Suci Lainnya

Wacana mengenai kehancuran entitas Yahudi Israel telah menjadi topik diskusi mendalam dalam berbagai tradisi keagamaan, khususnya Islam, dengan merujuk pada nubuwat yang termaktub dalam Al-Qur’an, Hadis, dan bahkan isyarat dari kitab-kitab suci lain seperti Taurat dan Injil. Analisis terhadap teks-teks ini mengungkapkan pola dan kondisi yang dikaitkan dengan kebangkitan serta kejatuhan bangsa tersebut, menyoroti aspek moral, spiritual, dan historis.

Memahami Terminologi: Yahudi, Bani Israil, dan Ahlul Kitab

Sebelum menyelami nubuwat kehancuran, penting untuk memahami perbedaan terminologi yang seringkali rancu. Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa “Bani Israil” merujuk pada keturunan Nabi Ya’qub (Israel), yang merupakan nama lain dari Nabi Ya’qub. Mereka adalah sebuah suku atau bangsa yang memiliki sejarah panjang dengan para nabi dan kitab suci. Sementara itu, “Yahudi” adalah istilah yang muncul belakangan, merujuk pada mereka yang menganut Yudaisme, agama yang dianut oleh sebagian Bani Israil. Tidak semua Bani Israil otomatis Yahudi, dan tidak semua Yahudi adalah Bani Israil secara genealogis. Adapun “Ahlul Kitab” adalah sebutan yang lebih luas dalam Al-Qur’an untuk penganut agama-agama yang memiliki kitab suci dari Allah, seperti Yahudi dan Nasrani. Al-Qur’an membedakan mereka yang beriman dari kalangan Ahlul Kitab dengan mereka yang ingkar.

Sifat dan Karakteristik Bani Israil dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menggambarkan Bani Israil dengan berbagai sifat, baik positif maupun negatif. Mereka adalah kaum yang pernah diistimewakan Allah dan diberi banyak nikmat, termasuk diutusnya para nabi di tengah mereka. Namun, sejarah mereka juga diwarnai dengan pembangkangan, pengingkaran janji, pembunuhan para nabi, serta menciptakan kerusakan di muka bumi. Sifat-sifat buruk ini, seperti kesombongan, pengkhianatan, dan tindakan zalim, menjadi faktor kunci yang disebut dalam Al-Qur’an terkait dengan kehancuran mereka.

Salah satu sifat fundamental yang disorot adalah kecenderungan mereka untuk membuat kerusakan di muka bumi. Ini bukan hanya sekali, melainkan dua kali, yang akan diikuti oleh pembalasan dari Allah. Kerusakan ini diinterpretasikan sebagai tindakan kezaliman, kesombongan, dan keangkuhan yang melampaui batas, termasuk penumpahan darah dan penindasan.

Nubuwat Kehancuran dalam Al-Qur’an: Surat Al-Isra Ayat 4-7

Inti dari nubuwat kehancuran Yahudi Israel dalam Al-Qur’an banyak ditemukan dalam Surat Al-Isra (atau Bani Israil) ayat 4 hingga 7. Ayat-ayat ini secara eksplisit menyebutkan dua kali periode kerusakan besar yang akan dilakukan Bani Israil di muka bumi, yang masing-masing akan diikuti oleh pembalasan dan kehancuran.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, ‘Kamu pasti akan membuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.'” (Al-Isra: 4). Ayat ini menjadi fondasi bagi pemahaman tentang siklus kebangkitan dan kejatuhan mereka.

Renungkanlah surat al Isra’ khususnya ayat berikut ini,

وَقَضَيْنَآ اِلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ فِى الْكِتٰبِ لَتُفْسِدُنَّ فِى الْاَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيْرًا فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ اُوْلٰىهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ اُولِيْ بَأْسٍ شَدِيْدٍ فَجَاسُوْا خِلٰلَ الدِّيَارِۗ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُوْلًا ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَاَمْدَدْنٰكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَجَعَلْنٰكُمْ اَكْثَرَ نَفِيْرًا اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يَّرْحَمَكُمْۚ وَاِنْ عُدْتُّمْ عُدْنَاۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ حَصِيْرًا اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ وَّاَنَّ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا ࣖ

Kerusakan pertama diyakini telah terjadi pada masa lalu, yang puncaknya adalah kehancuran Baitul Maqdis oleh pasukan Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar pada tahun 586 SM. Setelah kehancuran pertama, Allah mengirimkan hamba-hamba-Nya yang memiliki kekuatan besar untuk memporakporandakan mereka. Namun, setelah itu, mereka diberi kesempatan untuk bangkit kembali dan mengumpulkan kekuatan.

Ayat selanjutnya, “Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” (Al-Isra: 6). Ini merujuk pada kebangkitan kembali Bani Israil setelah kehancuran pertama.

Namun, Al-Qur’an juga memperingatkan tentang kerusakan kedua. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang janji yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid (Baitul Maqdis) sebagaimana mereka memasukinya pada kali pertama dan mereka membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Al-Isra: 7).

Kerusakan kedua ini seringkali diinterpretasikan sebagai tindakan kezaliman dan kesombongan yang dilakukan oleh entitas Zionis Israel di era modern, khususnya terhadap Palestina dan umat Muslim. Para ulama dan penafsir Al-Qur’an melihat bahwa kondisi saat ini, dengan pendudukan tanah suci dan penindasan, sangat sesuai dengan deskripsi “membuat kerusakan di bumi.”

Keterkaitan dengan Hadis Nabi Muhammad SAW

Nubuwat Al-Qur’an ini diperkuat oleh sejumlah Hadis Nabi Muhammad SAW. Salah satu Hadis yang paling sering dikutip adalah tentang peperangan akhir zaman antara umat Islam dan Yahudi. Nabi bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum muslimin membunuh mereka sampai orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Lalu batu atau pohon itu berkata, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia,’ kecuali pohon Gharqad, karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini mengindikasikan adanya konfrontasi besar yang akan berujung pada kehancuran Yahudi.

Selain itu, Hadis lain juga menyebutkan tentang kehancuran Dajjal (Anti-Kristus) oleh Nabi Isa AS di gerbang Lud, sebuah peristiwa yang erat kaitannya dengan kehancuran sistem Zionis yang akan didukung Dajjal.

Isyarat dalam Kitab Suci Lain (Taurat/Bibel)

Tidak hanya Al-Qur’an dan Hadis, beberapa penafsir juga menemukan isyarat kehancuran Yahudi Israel dalam kitab suci Taurat dan Injil (Bibel). Kitab Yesaya dalam Perjanjian Lama, misalnya, mengandung nubuat tentang penghakiman dan pembalasan atas kesombongan dan kezaliman. Meskipun tidak secara eksplisit menyebut “Israel modern,” prinsip-prinsip keadilan ilahi dan konsekuensi dari dosa-dosa besar seringkali diulang dalam narasi kenabian. Beberapa interpretasi melihat pola sejarah Bani Israil dalam Alkitab sebagai siklus keberkatan dan hukuman berdasarkan ketaatan atau pembangkangan mereka terhadap perintah Tuhan.

Siklus 80 Tahunan dan Isyarat Waktu

Beberapa cendekiawan dan pengamat mengemukakan teori “siklus 80 tahunan” yang dikaitkan dengan kehancuran Israel. Teori ini didasarkan pada perhitungan bahwa setiap 80 tahun, terjadi peristiwa besar yang menandai kebangkitan atau kejatuhan entitas Yahudi. Misalnya, tahun 1948 (berdirinya Israel) ditambah 80 tahun akan jatuh pada tahun 2028. Namun, perlu dicatat bahwa Al-Qur’an sendiri tidak secara spesifik menyebutkan tahun atau tanggal pasti kehancuran. Allah tidak mengungkapkan kapan kehancuran Zionis akan terjadi, tetapi memberikan tanda-tanda dan kondisi yang akan mendahuluinya. Fokus utama adalah pada tindakan dan karakteristik Bani Israil yang akan memicu kehancuran mereka, yaitu kesombongan dan kerusakan yang mereka timbulkan.

Faktor Pemicu Kehancuran

Berdasarkan nubuwat ini, faktor pemicu utama kehancuran Yahudi Israel bukanlah semata-mata kekuatan militer eksternal, melainkan akumulasi dari sifat-sifat negatif dan tindakan kezaliman mereka sendiri. Kesombongan yang melampaui batas, pengingkaran janji, penumpahan darah yang tidak adil, dan penindasan terhadap kaum yang lemah adalah inti dari kerusakan yang mereka ciptakan. Ketika mereka mencapai puncak kesombongan dan kezaliman, maka janji Allah akan datang untuk menghancurkan mereka.

Kehancuran yang dijanjikan dalam Al-Qur’an bukanlah kehancuran fisik total dari setiap individu Yahudi, melainkan kehancuran entitas politik dan kekuasaan mereka yang didasarkan pada kesombongan dan kezaliman. Ini adalah pembalasan ilahi atas tindakan mereka yang melampaui batas dan tidak menghiraukan kebenaran serta keadilan.

Nubuwat tentang kehancuran Yahudi Israel dalam Al-Qur’an, Hadis, dan isyarat dari kitab suci lainnya memberikan perspektif yang mendalam tentang siklus sejarah dan konsekuensi dari tindakan manusia. Ini bukan sekadar ramalan, melainkan peringatan tentang keadilan ilahi yang akan berlaku bagi siapapun yang berbuat kerusakan di muka bumi dan menyombongkan diri. Umat Islam diyakini akan menjadi instrumen dalam pemenuhan nubuwat ini, dengan berlandaskan pada keimanan dan perjuangan menegakkan keadilan. Meskipun waktu pastinya tidak diungkapkan, tanda-tanda dan kondisi yang memicu kehancuran telah dijelaskan dengan gamblang, mengingatkan bahwa setiap kezaliman pasti akan ada batasnya.

Leave a Reply