Posted in

Gelombang Protes Tunjangan DPR Meluas: Dari Jakarta Hingga Medan, Rakyat Bersuara di Tengah Keresahan Ekonomi

Gelombang Protes Tunjangan DPR Meluas: Dari Jakarta Hingga Medan, Rakyat Bersuara di Tengah Keresahan Ekonomi –  Gelombang protes menolak kenaikan tunjangan dan gaji anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mengguncang berbagai kota di Indonesia, mencapai puncaknya pada demo besar 25 Agustus. Aksi massa yang menuntut pembubaran DPR dan penolakan terhadap tunjangan yang dianggap fantastis ini tidak hanya terjadi di ibu kota, namun juga meluas hingga ke Medan, Sumatera Utara, mencerminkan ketidakpuasan publik yang mendalam di tengah kondisi ekonomi yang sulit.

Pada 25 Agustus, ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat membanjiri Jakarta. Mereka mengepung Gedung DPR/MPR RI, menyuarakan penolakan keras terhadap rencana kenaikan tunjangan perumahan dan berbagai fasilitas mewah lainnya bagi para wakil rakyat. Demonstrasi ini, yang sempat memicu kericuhan, menjadi sorotan utama media nasional dan bahkan internasional. Massa pengunjuk rasa menganggap tunjangan yang menembus puluhan juta rupiah, bahkan membuat total pendapatan anggota DPR mencapai lebih dari Rp 100 juta per bulan, sebagai sesuatu yang tidak patut di saat masyarakat tengah menghadapi kesulitan ekonomi.

Baca Juga : Siapakah Pascol ? Ketika Streamer Game Turun ke Jalan, Mengapa Ia Ikut Demo DPR?

Kericuhan dan Penangkapan di Jakarta

Aksi demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR RI pada 25 Agustus berlangsung ricuh. Aparat kepolisian terpaksa menyemprotkan water cannon untuk membubarkan massa yang mencoba merangsek masuk. Sebanyak 312 demonstran dilaporkan diamankan oleh pihak kepolisian pasca kericuhan tersebut. Kericuhan serupa juga terjadi di beberapa daerah lain, menunjukkan tensi tinggi antara massa dan aparat.

Tuntutan utama para demonstran di Jakarta sangat jelas: mereka menolak kenaikan tunjangan perumahan anggota DPR RI dan mendesak pembubaran lembaga legislatif tersebut. Selain itu, massa juga menuntut agar pemerintah lebih fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat, bukan malah menaikkan fasilitas bagi pejabat. Isu kenaikan tunjangan perumahan sebesar Rp 50 juta per bulan menjadi pemicu utama kemarahan publik, meskipun Wakil Ketua DPR RI, Dasco menanggapi bahwa tunjangan tersebut hanya akan berlaku hingga Oktober tahun ini. Pernyataan Dasco ini mencoba meredakan situasi, namun tidak sepenuhnya mampu meredam gelombang protes.

Medan Ikut Bergelora: Cekcok dengan Polisi dan Tuntutan Serupa

Tidak hanya di Jakarta, gejolak penolakan terhadap tunjangan anggota DPR juga merembet ke Medan, Sumatera Utara. Pada hari yang sama, massa demonstran di Medan juga menggelar aksi protes di depan gedung DPRD Sumatera Utara. Situasi di Medan sempat memanas, di mana massa pengunjuk rasa terlibat cekcok dengan aparat kepolisian yang berjaga. Demonstrasi di Medan ini, seperti halnya di Jakarta, menuntut pembatalan kenaikan tunjangan mewah bagi anggota DPR.

Video-video yang beredar di media sosial dan laporan media lokal menunjukkan bagaimana para demonstran di Medan menyuarakan kemarahan mereka terhadap gaji dan tunjangan anggota DPR yang dianggap fantastis. Mereka mempertanyakan relevansi kenaikan fasilitas tersebut di tengah kondisi perekonomian rakyat yang masih terpuruk akibat pandemi dan berbagai krisis lainnya. Tuntutan di Medan serupa dengan Jakarta, menyoroti ketidakpatutan gaji dan tunjangan yang mencapai lebih dari Rp100 juta per bulan di saat masyarakat kesulitan ekonomi.

Latar Belakang Tunjangan dan Gaji DPR yang Jadi Sorotan

Besaran gaji dan tunjangan anggota DPR RI memang kerap menjadi sorotan publik. Sebelum adanya isu kenaikan tunjangan perumahan, gaji pokok anggota DPR, ditambah berbagai tunjangan seperti tunjangan istri, anak, beras, jabatan, kehormatan, komunikasi intensif, dan tunjangan lainnya, sudah mencapai angka yang signifikan. Sebagai contoh, gaji pokok anggota DPR adalah Rp 16 juta, ditambah tunjangan istri Rp 1,6 juta dan tunjangan anak Rp 320 ribu. Belum lagi tunjangan jabatan sebesar Rp 2,25 juta, tunjangan kehormatan Rp 5,7 juta, tunjangan komunikasi intensif Rp 16,4 juta, tunjangan peningkatan fungsi pengawasan dan anggaran Rp 3,75 juta, serta tunjangan listrik dan telepon Rp 11 juta. Semua ini belum termasuk tunjangan perumahan dan tunjangan transportasi.

Dengan adanya isu kenaikan tunjangan perumahan sebesar Rp 50 juta, total pendapatan anggota DPR diperkirakan dapat menembus angka di atas Rp 100 juta per bulan. Angka ini dianggap berlebihan oleh banyak pihak, terutama oleh masyarakat yang rata-rata berpenghasilan jauh di bawah itu. Dasco sebelumnya telah mencoba menjelaskan bahwa total gaji dan tunjangan anggota DPR yang mencapai Rp 100 juta itu merupakan akumulasi dari berbagai komponen yang sudah ada sejak lama, bukan kenaikan baru secara keseluruhan. Namun, penjelasan ini tidak sepenuhnya meredakan kemarahan publik yang merasa bahwa prioritas wakil rakyat seharusnya adalah kesejahteraan umum, bukan peningkatan fasilitas pribadi.

Respon DPR dan Gelombang Protes Lanjutan

Menanggapi gelombang protes ini, beberapa anggota DPR telah menyatakan kesediaan mereka untuk menampung tuntutan massa. Mereka berjanji akan menyampaikan aspirasi tersebut ke pimpinan DPR dan fraksi-fraksi terkait. Namun, janji ini belum sepenuhnya meredakan kekhawatiran publik.

Setelah demo 25 Agustus, gelombang protes tidak berhenti. Ribuan buruh di Jakarta juga merencanakan demonstrasi besar-besaran pada 28 Agustus. Mereka akan mengepung Gedung DPR dan Istana Negara dengan tuntutan yang berbeda namun tetap berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, yaitu kenaikan upah minimum sebesar 10,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa isu kesejahteraan dan keadilan ekonomi menjadi benang merah yang menghubungkan berbagai aksi demonstrasi yang terjadi belakangan ini.

Protes terhadap tunjangan DPR yang dianggap fantastis ini menjadi cerminan dari kegelisahan masyarakat terhadap kesenjangan ekonomi dan prioritas kebijakan pemerintah serta wakil rakyat. Aksi-aksi ini menjadi pengingat penting bagi para pemangku kebijakan bahwa suara rakyat harus didengar dan kesejahteraan umum harus menjadi prioritas utama di atas segalanya.