Posted in

Alamat Rumah Ahmad Sahroni Anggota DPR Dijarah Massa

Kediaman Ahmad Sahroni, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang dijuluki “Crazy Rich Tanjung Priok”, di Jakarta Utara menjadi sasaran amuk massa pada Sabtu, 30 Agustus 2025. Insiden ini mengakibatkan kerusakan parah pada properti, penjarahan barang berharga, dan kehancuran sejumlah mobil mewah miliknya. Peristiwa ini terjadi setelah serangkaian demonstrasi di Gedung DPR RI yang menuntut pembubaran lembaga legislatif tersebut.

Kronologi Penjarahan: Dari Demo hingga Anarki

Ketegangan telah membayangi Gedung DPR RI sejak beberapa hari sebelumnya. Pada 25 Agustus 2025, seruan untuk membubarkan DPR RI viral di media sosial menjelang demonstrasi besar. Ahmad Sahroni sendiri, yang saat itu menjabat Wakil Ketua Komisi III DPR RI, sempat mengimbau agar pegawai DPR bekerja dari rumah (WFH) pada 28 Agustus 2025 karena adanya demo buruh. Ia juga menjadi sorotan ketika mengaku bersembunyi saat mendengarkan langsung aspirasi para demonstran di DPR pada 26 Agustus 2025. Sahroni sempat menyatakan bahwa massa aksi yang terlibat bentrok dengan aparat bukanlah pedemo, melainkan kelompok premanisme.

Puncak kemarahan massa seolah beralih dari Gedung DPR ke kediaman pribadi Sahroni. Pada 30 Agustus 2025, ratusan warga mendatangi rumah Sahroni. Awalnya, aksi ini disebut sebagai demo warga sekitar yang kemudian disusupi oleh remaja-remaja yang bertindak rusuh. Massa yang marah merobohkan pagar rumah dan mulai memasuki area properti. Situasi dengan cepat berubah menjadi anarkis.

Video dan foto yang beredar menunjukkan massa menjarah barang-barang berharga di dalam rumah. Barang-barang seperti televisi, peralatan elektronik, hingga perabotan rumah tangga dijarah. Tidak hanya itu, sejumlah mobil mewah koleksi Sahroni yang terparkir di garasi juga menjadi sasaran perusakan dan penjarahan. Beberapa mobil dilaporkan rusak parah, bahkan ada yang ban dan bagian interiornya dijarah. Uang tunai yang ditemukan di dalam rumah juga tidak luput dari penjarahan.

Pasca-kejadian, kondisi rumah Sahroni tampak porak-poranda. Pagar roboh, pintu dan jendela pecah, serta barang-barang di dalam rumah berserakan dan banyak yang hilang. Kondisi ini menunjukkan betapa parahnya dampak amuk massa tersebut.

Profil Ahmad Sahroni: Dari “Crazy Rich” hingga Anggota DPR

Ahmad Sahroni dikenal publik sebagai sosok “Crazy Rich Tanjung Priok” dengan gaya hidup mewah dan koleksi mobil sport mahal. Kekayaannya diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada tahun 2023 menunjukkan total kekayaan Sahroni mencapai Rp43.606.335.630. Ia memiliki berbagai aset, termasuk tanah dan bangunan senilai Rp23 miliar, alat transportasi dan mesin senilai Rp17 miliar, serta kas dan setara kas senilai Rp3 miliar. Deretan mobil mewahnya antara lain Porsche 911 Carrera, Ferrari, Lamborghini, hingga McLaren. Rumahnya sendiri, yang kini dijarah, dikenal luas karena kemewahannya.

Sebelum terjun ke dunia politik dan menjadi anggota DPR RI, Sahroni memiliki perjalanan hidup yang menarik. Ia pernah bekerja sebagai tukang semir sepatu, sopir, hingga penjual bensin eceran. Perjalanan hidupnya yang inspiratif ini sering menjadi sorotan media.

Penyebaran Alamat di Media Sosial dan Dampaknya

Sebelum insiden penjarahan, alamat rumah Ahmad Sahroni telah menyebar luas di media sosial. Netizen bahkan ada yang menyerukan untuk “mensematkan” lokasi rumahnya, bahkan ada komentar ekstrem seperti “Rudal aja…”. Penyebaran informasi pribadi ini diduga menjadi pemicu utama massa untuk menggeruduk kediamannya.

Pasca-pencopotan jabatannya sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni dikabarkan sempat terlihat di bandara dan beredar foto dirinya yang diduga hendak bertolak ke Singapura. Kabar ini semakin memanaskan suasana di tengah insiden penjarahan rumahnya.

Refleksi atas Insiden dan Tuntutan Publik

Peristiwa penjarahan rumah Ahmad Sahroni ini memicu berbagai diskusi di masyarakat. Meskipun tindakan penjarahan dan perusakan tidak dapat dibenarkan, insiden ini juga menjadi cerminan dari kemarahan dan kekecewaan publik terhadap wakil rakyat. Tuntutan untuk pembubaran DPR, yang sempat mengemuka, menunjukkan adanya ketidakpuasan yang mendalam terhadap kinerja lembaga legislatif.

Dalam konteks Islam, korupsi dan tindakan serupa dianggap sebagai dosa besar yang akan mendapatkan hukuman berat di akhirat kelak. Pandangan ini seringkali menjadi dasar bagi masyarakat untuk menuntut akuntabilitas dari para pejabat publik. Insiden ini, terlepas dari motif utamanya, dapat dilihat sebagai ekspresi frustrasi terhadap isu-isu seperti dugaan korupsi, ketidakadilan, atau kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat. Tunjangan rumah Rp50 juta untuk anggota DPR yang pernah disebut Sahroni akan kembali ke masyarakat juga menjadi salah satu isu yang kerap memicu kritik.

Insiden ini menjadi peringatan keras bagi para pemangku jabatan mengenai pentingnya menjaga kepercayaan publik dan berhati-hati dalam setiap tindakan dan pernyataan. Jika bukan sekarang, kapan lagi para wakil rakyat akan benar-benar mendengar dan bertindak sesuai aspirasi rakyat? Peristiwa ini diharapkan menjadi momentum bagi introspeksi dan perbaikan demi terciptanya pemerintahan yang lebih baik dan akuntabel.